IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Jumat, 22 Februari 2013

Opini : MEMAKNAI HIJAB


Opini tentang bagaimana memaknai "Hijab". Seperti kita ketahui, bahwa trend bagi muslimah sekarang kebanyakan tengah membicarakan mengenai "Hijab". Bahkan sampai membuat perkumpulannya, yang sering dinamai "Hijabers", sekumpulan muslimah yang suka akan hijab. Ingin tahu lebih lanjut mengenai "Hijab", silakan baca opini dibawah ini...

Selasa, 19 Februari 2013

SOEKARNO SEBUAH BIOGRAFI POLITIK


Biografi Tokoh Soekarno :
Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekami Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.

Puisi : "INGINKU"


 Kumpulan Puisi Kader....

Senin, 18 Februari 2013

Pencuri



Kamis, 14 Februari 2013

Kisah Nyata : Tukang Becak Naik Haji


 Subhanallah, ternyata tidak hanya orang kaya yang bisa naik haji. Orang yang kurang mampu juga bisa. Rahasianya apa..? Simak cerita di bawah ini. Semoga bisa menjadi hikmah untuk kita semua...

Senin, 11 Februari 2013

True Youth Movement in a New Century

Being old is optional, it must be Young. Youth in action, youth in mind. The young must, make it in our dictionary. Because we think we are young, we have a high motivation to work. In any form, for example in the form of writings-books, artwork, creative works, etc.. It certainly has many benefits and challenges.

Regarding the figure of the young man, supported in writing a character named Sayyid Abul A'la Al-Mawdudi (a prominent Islamic leaders in Pakistan and is one of the greatest philosophers and mujaddid Islam in the late 20th century). In his book "Wahai Pemuda Islam Mana Andilmu" (translation), he describes the figure of youth. Youth is like a raging blood in the body, is very sensitive to any event. If he is attracted by something and he sees it as something that can be achieved, then he was willing to sacrifice for her regardless of the risks. In this book, a figure described as an adventurous youth crime can also be a figure of heroic fighters for truth, pioneering the development and renewal. So, of course, we chose the latter.

But to be young was a lot of challenges. Especially being young in this era, the era of which we may call "Time of Madness". Negative influences that affect us as much out of the younger generation. Affect the youth, as the agent of change (which we think is mandatory labels printed on every youth of Indonesia, not just students).

I am now concerned about the condition of our country now. Indeed, the negative effect is not always obvious tangible, but often I have encountered the influence of abstract form of a war of ideas (whether it's true or not, I feel a definite negative impact). For instance, our youth treated with news that should not be given. We'll see emerging news lately. Many news show negative things and keep negative. News of "sorry" cheating, violence, sexual immorality (which is now rampant), corruption. Indeed on the other hand, the news has benefited us know if we become aware or open-minded with things like that. However, I think a greater negative impact on our youth. The impact that we all feel at this moment, young perverted, depraved, and behavior. Maybe my friends or I really do not want that to happen. So, start with us to make such changes. Make it or teach our youth to youth who are active, creative and full of action in his favor. Lots of media that can be utilized. 
Changes must occur. Remember guys, now it is 2013, the year we are likely to do for a change. And we as young people (call them: youth) should have a significant role in the renewal of a good change of course. Do not just think we are indifferent to it. Do not get us went along to "ALAY" you know,,,,, that "may" is currently a trend in Indonesia. Embarrassing. Be young man who has a strong vision and mission to make a good change in our country. Youth who have action. In what way ..?? You know, what your abilities ....

by. Immawati Tri Mei L (Pai Umy 2010)

MUHAMMADIYAH MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

Saat ini kita perlu sebuah narasi besar untuk perubahan. Narasi atau konsepsi wawasan yang besar dan Muhammadiyah hadir dengan narasi yang besar. Islam yang berkemajuan itu sendiri merupakan sebuah konsep yang sangat besar. Dan itulah yang akan melakukan perubahan dalam umat Islam Indonesia. 
(Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah)

Minggu, 10 Februari 2013

Menggenggam Bara Ghirah Berislam

Mengelola diri menuju semangat (ghirah) berislam merupakan perjuangan keras. Mengendalikan diri yang penuh gelora dan vitalitas itu agar tunduk kepada Allah tidak mudah dan tidak sederhana. Alasan kita dihadapkan dengan dua kenyataan yang antagonistik adalah hal yang mendasar sebagai manusia dan hamba Allah. Di satu sisi kita ingin menjadi baik, tetapi di sisi lain syaitan pun berusaha membelokkan dan menyesatkan ke jalan sesat dan maksiat. Inilah yang sering dirasakan sebagai pertarungan dan pertentangan yang berat.

Bagaimana dengan kita? semakin kita kalah dengan godaan pada usia muda, seperti itulah akhir kehidupan kita. Sebaliknya, semakin sering kita berhasil menghadapi berbagai godaan, demikian itulah akhir kehidupan kita.
Marilah sejenak memaknai kembali keislaman kita. Sungguh miris istilah “Islam KTP” yang sangat booming akhir-akhir ini menjadi predikat untuk status keislaman kita. Yang berarti keislaman kita hanya dianggap tidak lebih sekedar formalitas pelengkap administrasi sebagai warga Negara. Tentu kita ingin menyandanng status tersebut, bukan? Pilihan kita jatuh pada Islam apakah karena nenek moyang kita beragama Islam (tradisionalitas)? atau hasil dari pencarian kritis kita (rasionalitas)? Ketika seseorang menyatakan diri sebagai seorang muslim, maka banyak tanggung jawab yang harus dipikul, dan di balik tanggung jawab itu tersimpan konsekuensi yang menguji kebenaran Islam di hati kita.

Ghirah
Ghirah artinya semangat; melindungi; membela. Dalam bahasa Indonesia sering disebut gairah. Kaitannya dengan Islam arti ghirah adalah “gereget” atau semangat membela Islam. Halnya yang kita ketahui bahwa seseorang yang bersemangat dalam hidupnya adalah seorang yang tidak mengenal rasa lelah, bergaul dengan lingkungan yang senantiasa akan mendekatkan pada Allah, ia berusaha dalam memakasimalkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat, ia adalah penebar kebaikan, teratur dalam suatu urusan dan sangat dimungkinkan secara fisik ia tak lepas dari senyum, wajahnya ceria, langkah ia berjalan berirama dan tegak, bukan jalan santai saat bertamasya.
Ghirah seseorang akan muncul dan dirasakan jika ia merasa memiliki, percaya diri, dan berkeinginan kuat untuk membela hingga tak ingin sesuatu menodai bahkan merusak objeknya. Ghirah dalam berislam diawali rasa kecintaan yang menggelora kepada penyampai Risalah, ajaran-ajarannya, dan semangat menebar kebaikan dimana pun ia berada demi terciptanya keindahan Islam yang sebenarnya. Setiap hembusan nafas dan langkahnya selalu ia libatkan Allah swt. adalah bukti kecintaan dan gairahnya sebagai kekuatan dalam memperjuangkan apa yang ia emban, sebagai Muslim.
Jika kita telisik lagi bagaimana totalitas umat Islam terhadap Islam sendiri saat ini  sangat minim. Menipisnya ghirah di hati umat Muslim umumnya akibat dari gaya hidup yang hedonis, atau mempertuhankan kekayaan, cenderung memburu materi, kekayaan menjadi bahan untuk dipamerkan. Selain itu yang tak kalah mengimbasinya adalah terbiasa dengan lingkungan yang menghalalkan hal-hal yang sebenaranya haram, acuh tak acuh terhadap lingkungan, bahkan bisa jadi karena takut dituduh golongan ekstrim dan membela teroris.

Isyhad bianna Muslimuun!

Keindahan Islam (The Beauty of Islam) itu sangat luar biasa dan mengagumkan. Berbagi, saling mendo’akan dan saling menyayangi dengan sesama, hubungan antara lawan jenis, berbagai aspek ibadah yang berdampak positif pada sosial, kesehatan, dll adalah sedikitnya bagian dari keindahan yang dapat dirasakan saat benar-benar terjun pada kedalaman Islam.
Kalau pun ada salah dalam implementasi dan aplikasi di lapangan (politik, hukum, etika, bisnis, dan lainnya) adalah pemeluknya, bukan agamanya. Muhammad Abduh menilai: “Al-Islamu Mahjubun bil Muslimun”, Islam itu tertutup oleh kelakuan umat Islam sendiri. Kita dapat artikan bahwa kesempurnaan dan kemuliaan ajaran Islam itu tertutup oleh akhlak, kelakuan, kata-kata kaum Muslim sendiri yang sering tidak menunjukkan bahwa Islam sebenarnya sudah mempunyai ajaran-ajaran khusus untuk segala aspek kehidupan. Maka tidak ada alasan bagi kita untuk segera memantapkan terjunnya kita di dalam Islam.

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208)

Begitu Allah tidak menginginkan hambanya berpegang pada Islam yang hanya setengah-setengah. Bagaimana pun genggaman Islam di hati kita harus secara keseluruhan. Menunjukkan jati diri sebagai seorang Muslim perlu lah ditonjolkan, berpakaian syar’i, berakhlak santun, adalah cara yang dapat ditempuh untuk memperkenalkan kita sebagai seorang Muslim. Teringat guru Kemuhammadiyahan saya saat SMA, Bapak Iwan Setiawan berpesan, “perhatikan cara berjalannya seorang pendeta atau biksu, mereka dengan gagah dan percaya dirinya berjalan sambil memegang kitab di depan dadanya. Terpancar dari wajah mereka, begitu bangganya mereka pada ajaran yang dianutnya. Orang Muslim pun sangat bisa mengikuti cara mereka, tidak meninggalkan Al-Qur’an dimana pun. Setidaknya Al-Qur’an akan menjadi saksi benda apa yang kita bawa manakala kita menghadapi sakaratul maut yang tidak mengenal tempat.”
Saksikanlah bahwa aku seorang Muslim! Tinggalkan alasan-alasan klasik yang dapat menghalangi terjunnya kita menjadi Muslim Kaaffah. Siap? Pasti!

Ustadz Yusuf Mansur berkata: “Muslim itu hebat dan selalu bisa jadi pemenang”. Ya, karena seorang Muslim sangat berpeluang untuk menjadi lebih baik. Tunjukkan bahwa Muslim itu bisa jujur, bersih, dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Tunjukkan bahwa Muslim itu bisa disiplin, bisa rapi, bisa hidup tertib dalam semua bidang, baik politik, ekonomi, bisnis, pendidikan, maupun agama. Dimana pun kita berada, mari kita tunjukkan bahwa Muslim itu hebat dan selalu bisa menjadi pemenang! Semoga Allah selalu menguatkan ghirah kita dalam kondisi apapun. 

Oleh    : Immawati Dini Fitrah Eristanti

Selasa, 05 Februari 2013

LIBERALISASI PENDIDIKAN


Istilah pendidikan secara sederhana sering disamakan pengertiannya dengan pengajaran, pembelajaran atau proses. Walaupun secara substantif istilah-istilah tersebut berbeda namun banyak orang yang menganggapbahwa itu sama. Mungkin lebih tepatnya itu adalah penyederhanaan. Banyak tokoh pendidikan yang memahaminya secara berbeda. Seperti halnya menurut Paulo Freire (1921-1997) tokoh pendidikan  yang anti terhadap segala bentuk imperialisme maupun eksploitasi. Ia mengatakan bahwa pendidikan diartikan sebagai proses penyadaran agar manusia memahami akan diri dan realitas social yang dihadapinya sehingga tidak ditindas. Menurutnya penindasan tidak sesuai dengan kemanusiaan, karena itulah ia berpandangan bahwa penyelenggaraan pendidikan itu bertujuan untuk “memanusiakan manusia”.

Namun dalam pendidikan itu sendiri banyak perdebatan mengenai dikotomi pendidikan. Perdebatan ini sudah berlangsung sekian lamanya dan semua itu terkait dengan kepentingan politik semata. Bahkan sampai hingga saat ini perdebatan itu terus berlangsung sampai saat ini. Dengan adanya dikotomi pendidikan telah membelah wajah pendidikan nasional menjadi dua. Yang pertama, pendidikan umum yang dinaungi oleh (depdiknas) dan yang kedua, pendidikan agama yang dinaungi oleh (depag).  Dua wajah inilah yang telah mewarnai pendidikan nasional di Indonesia sejak zaman kolonial sampai sekarang.

Umat Islam di Indonesia merupakan mayoritas. Sedangkan mazhab yang dianut adalah mazhab sunni. Menurut Al-Ghazali (1058-1111) yang telah menempatkan ilmu agama setara dengan fardlu ‘ain, sedangkan ilmu umum setara dengan fardlu kifayah. Artinya bahwa Al-Ghazali mengutamakan pada jenis ilmu-ilmu agama. Sehingga secara otomatis mereka yang mayoritas umat muslim terpengaruh oleh pemikiran tersebut. Umat muslim Indonesia mendikotomikan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Disisi lain pemerintah kolonial belanda telah membawa misi khusus kristenisasi di setiap Negara-negara jajahannya, yaitu dengan jalur kristenisasi pendidikan. Maka dibentuklah satu model pendidikan gaya Belanda yang dikenal sebagai pendidikan umum.

Lalu apakah yang dimaksud dengan liberalisasi pendidikan? Naahhhh disinilah nanti yang akan kita diskusikan. Ciri utama pendidikan yang berideologi liberal adalah selalu berusaha menyesuaikan pendidikan dengan keadaan ekonomi dan politik di luar dunia pendidikan. Hal ini terlihat pada benang merah kebijakan Mendiknas beberapa tahun terakhir.Kenyataan lainnya dari liberalisme ini adalah mahalnya sekolah dan kuliah. Salah satu perguruan tinggi, misal : UGM yang dulu dikenal kampus rakyat sekarang tidak lagi. Singkat cerita, liberalisme yang diagung-agungkan dan diacu oleh sistem pendidikan kita telah merusakkan sendi-sendi negara bangsa Indonesia. Darmaningtyas (2005) mengatakan bahwa pendidikan kita rusak-rusakan, dan Depdiknas merupakan satu dari dua Departemen terkorup di Indonesia –satunya lagi Depag. Mulai afair buku paket, korupsi seragam sekolah, penyelewengan dana Beasiswa dan BOS, sampai kekerasan dan tindak cabul guru pada siswinya; di kalangan siswa pun merebak mulai dari sekadar bolos sekolah, nyabu, sampai bunuh diri dan seks bebas. Ini efek negatif yang luar biasa besarnya, dan tentu tak dapat diabaikan begitu saja.

Indonesia adalah bangsa yang beradab dan memilki peradaban. Indonesia sangatlah unik dan memilki karakteristik yang khas. Begitu pula dalam pendidikan, sistem dan prinsip pendidikan di Indonesia tidak dibenarkan untuk mengiblat kepada orang lain. Karena Indonesia sama sekali berbeda dengan mereka. Indonesia memilki kebijaksanaan lokal yang jauh lebih baikdari Negara manapun. Jika pendidikan di Indonesia ingin berhasil dan mencapai keberhasilan maka pendidikan di Indonesia haruslah berorientasikan kepada kebijaksanaan lokal dan budiluhur yang dimilki bangsa ini.

By. Immawan Riza awal (Pai Umy 2011)

Sabtu, 02 Februari 2013

Anak adalah Amanah

Anak adalah amanah yang diberikan Allah kepada orang tuanya, dan setiap amanah itu akan dimintai pertanggung jawabanya dikemudian hari nanti. Oleh karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Karena di era kebebasan ini anak lebih sulit dikendalikan meski orang tuanya sudah aktif dalam menjaganya. Tantangan orang tua dalam mendidik anak-anaknya ini akan terganjal dari berbagai aspek yang harus diperhatikan salah satunya media yang semakin fulgar mempertontonkan sesuatu yang tak selayaknya di konsumsi oleh umum tanpa batas. Pembentukan karakter anak-anak saat ini lebih condong di bentuk oleh siaran TV yang ada setiap hari. Jadi tidaklah aneh jika banyak terjadi tawuran antar pelajar, pelajar-pelajar pesta miras dan sex, rasa malu yang sudah tidak ada dan masih banyak lagi.

Ini dikarenakan acara-acara yang disajikan oleh stasiun tv kita jarang yang bernuansa mendidik manusia menjadi lebih baik. Tapi justru malah mengajarkan mereka pada hal-hal yang kurang baik, sebagai contoh senetron yang hanya menyajikan orang pacaran, ciuaman di depan umum, minum-minuman keras, pakaian super seksi, hubungan badan, sex bebas, kekerasan, mistik, klenik, tahayul dan yang paling miris artis-artisnya menampilkan dengan pede tanpa punya rasa malu sedikitpun. Jadi tidak aneh jika anak-anak, remaja-remaja kita bahkan orang tua memilih meniru mereka yang jelas-jelas itu akan membawa dampak yang negatif bagi Bangsa ini. Belum lagi alat kemunikasi yang sudah semakin canggih ini memberikan anak-anak mudah sekali berkomunikasi antara satu dengan lainya, yang akhirnya membuat mereka menjadi hedonis, prgmatis dan apatis. Internet yang kian hari kian masuk ke pelosok-pelosok Desa terpencil yang bisa mengakses apapun yang di ingginkan tanpa ada filter untuk konten-konten yang negatif.

Dari dampak itu tidak aneh jika anak-anak saat ini memiliki pribadi yang negatif atau karakter yang jelek. Karena terbentuknya karakter anak-anak ini mau jadi seperti apa saat ini ditentukan oleh kemaun pasar industri yang hanya memikirkan keuntungan semata, bahkan negara tidak mampu membendungnya. Tawuran antar pelajar, hubungan sex bebas, pacaran yang sudah kelewat baju (kelewat batas), suka minum-minuman keras dan obat-obat terlarang, gaya hidup yang glamor, hilangnya etika, moral dan sopan-santun. Inilah cermin anak-anak muda, anak-anak sekolah saat ini yang jelas membahayakan perkembanganya. Maka dari itu orang tua disini dituntut untuk lebih hati-hati dan jeli dalam mendidik  dan menjaganya, terlena sedikit maka hancur sudah masa depan buah hatinya.

Dalam ajaran agama sungguh sangat jelas perintah dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak hingga si buah hati yang dilahirkan memiliki etika terpuji. Bahkan, perencanaan dalam pengasuhan seorang anak telah ditentunkan sejak masa dalam kandungan. Umum diketahui, bahwa bayi dalam kandungan ibunya telah dimungkinkan untuk dibina, yaitu dengan memperdengarkan aya-ayat suci serta tingkah laku ibu yg terpuji. Maka untuk membetengi perkembangan zaman saat ini, maka orang tua harus bersungguh-sungguh dalam mendidiknya dan membekali anak dengan keyakinan agama yang kuat.

Bekali anak dengan Tauhid yang kuat

Tauhid merupakan seseuatu yang sangat urgen dalam pendidikan anak. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama luqman. Allah SWT mengabdikan nasehat Luqman kepada anaknya dalam Al Qur’an sebagaimana berikut :
 
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman: 13).
            
Yang paling pertama yang kita lakukan adalah memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, karena dengan tauhid atau iman yang mantap akan menggiring sang anak pada kesempurnaan  lahir dan batin. Apabila iman seseorang telah sempurna maka akan memiliki akhlak yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah:

" أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنهمْ خُلُقًا " (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)
Artinya: "Mukmin yang sempurna imannya, bagus akhlaknya" (HR. Tirmidzi).
            
Pada awal pembinaan para sahabatnya, Rasulullah Saw lebih memprioritaskan pembinaan iman, begitupun yang dilakukan Luqman terhadap anaknya, maka seyogyanya setiap orangtua pada zaman sekarang juga harus memanamkan keimanan yang kuat kepada putra putrinya, karena iman itulah yang akan menjadi tamengnya dimanapun dia berada dan dalam kondisi apapun.

Membiasakan Shalat dan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Setelah kita memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, kita ajari bagaimana dia berkomunikasi dengan Rabbnya, yaitu mendirikan  shalat lima waktu. Kemudian kita juga tidak luput mendidiknya dalam amar ma'ruf dan nahi munkar, Allah SWT berfirman:

 يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ 

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)" (Q.S: Luqman:17)

Mengenai shalat Nabi Muhammad Saw juga menekankan di dalam sebuah hadits:

"مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ "

"perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya) ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut mereka" (HR. Abu Daud).

Pada hadits ini Rasulullah Saw memakai ungkapan idhribuu yang arti dasarnya adalah pukullah secara fisik jika anak melalaikan shalat. Namun makna lain yang lebih kontekstual adalah ‘didiklah’. Dengan demikian bentuk mendidik sangat luas, misalnya memberi teladan, membiasakannya, serta memberi motivasi untuk sahalat.

Dalam ayat diatas Luqman juga menasehati anaknya untuk amar ma'ruf dan nahi mungkar. Kebaikan merupakan sesuatu yang diketahui oleh setiap orang, maka kebaikan itu disebut dengan ma'ruf yang artinya dikenal, begitupun kebathilan, manusia pada dasarnya akan selalu mengingkari segala bentuk kebathilan, maka dari itu bathil disebut dengan munkar. namun kadangkala manusia didominasi oleh hawa nafsunya sehingga melaksanakan kebathilan dan meninggalkan kebaikan. adapun dampak positif dalam diri anak, minimal ketika dia memerintahkan kebaikan pada orang lain, maka sang anak memiliki beban mental akan keharusan melakukan kebaikan itu. Begitu pula dengan nahi munkar, paling tidak dia membenci pada kemunkaran sehingga dia tidak akan melakukannya. 

Menanamkan Kesabaran

Sudah sepantasnya kita sebagai orang tua mengajarkan kesabaran kepada anak, karena hidup ini penuh dengan lika liku. Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar bersabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma'ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang anak tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup yang penuh dengan cobaan lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan.

            Manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersamanya, Allah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153) }       
 Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS Al Baqarah:153).

            Disamping itu, sabar juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan, Allah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(200) }

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung" (QS Ali Imran:200).
            
Kita ketahui banya anak-anak yang saat ini tidak bisa untuk bersabar karena pola hidup saat ini telah menjadikan anak-anak tumbuh dengan cepat baik secara pemikiran dan kedewasaan. Maka menanamkan kesabaran ini sangatlah penting bagi perkembangan mereka agar mereka bisa mengendalikan diri sehingga tidak terjerumus pada kesenangan sesaat.

Memupuk kesederhanaan

Sederhana yang dimaksud disini adalah tidak berlebih-lebihan dalam sesuatu, ketika berjalan, berjalanlah dengan sopan, begitupun dalam berbicara. Kesederhanaan menggambarkan sebuah ketenangan dan kesopanan tingkah laku yang merupakan buah dari budi pekerti mulia.
Di antara wasiat Luqman yang dikisahkan oleh Allah ‘azza wa jalla dalam surat Luqman, tatkala dia berkata kepada anaknya:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (Q.S: Luqman:19)

Makna "dan lunakkanlah suaramu" adalah jangan berlebihan dalam berbicara dan jangan mengangkat suaramu dengan perkataan yang tidak ada faidahnya, karena seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Al-Imam Mujahid dan yang lainnya mengatakan : ‘Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai, yakni yang paling buruk dari mengangkat suara adalah yang kerasnya menyerupai suara keledai. (Tafsir Ibnu Katsir 6/337)

Mengapa hidup sederhana demikian penting? Tidak lain karena sikap sederhana menghindarkan manusia dari sifat dengki yang membawa permusuhan. Bukankah banyak permasalahan hidup yang timbul gara-gara dipicu sikap atau tutur-kata yang berlebih-lebihan dan menyakitkan?

Tanamkan Akhlakul Karimah

Pendidikan akhlak dimulai sejak ibu mengandung, yaitu berakhlak yang baik kepada setiap orang. Perilaku ibu yang tengah mengandung ini dapat memberikan pembelajaran awal kepada jabang bayi untuk berakhlak mulia.
Sejak kecil anak harus diajarkan, dibiasakan, dan dikondisikan melakukan perbuatan yang baik. Jika seorang anak terbiasa melakukan perilaku yang buruk hingga ia besar, maka akan sukar meluruskannya. Artinya, penanaman akhlak kepada anak dimulai sedini mungkin dan seyogianya dilakukan oleh setiap orang tua. Jangan biarkan anak tanpa pendidikan akhlak dan moral. Mari kita simak hadits Rasulullah berikut:
أكرموا أولادكم وأحسنوا آدبهم (رواه ابن ماجة)

"Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah akhlak mereka"(HR Ibnu Majah)
            
Kebebasan Negara ini telah menyeret anak-anak dan remaja pada degradasi moral yang semakin parah. Bisa kita lihat bagaiman cermin mereka sekarang, pergaulan mereka, gaya hidup mereka, dan prilaku mereka, banyak yang sudah melenceng jauh dari akhlak yang baik. Secerdas apapun sesorang anak, kalu akhlaknya tidak mencerminkan kecerdasanya maka bisa jadi itu akan sia-sia dalam kehiduapanya nanti.

Mencintai Nabi, Keluarganya Serta Mengajari Membaca Al Quran

Ada tiga perkara yang ditekankan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik putra-putri kita, sebagaimana sabda Beliau:
(أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حب نبيكم، وحب أهل بيته، وقراءة القرآن)
 "Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara; Mencintai Nabi kalian(Muhammad SAW), mencintai Ahlulbaitnya dan membaca Al-Qur'an".

Teladani Nabi Muhammad SAW: Memberikan teladan adalah metode paling jitu dalam pendidikan anak. Karenanya memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad saw sejak dini akan menjadi pondasi kuat dalam pembangunan akhlaq pada putra putri. Jadikanlah sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat mereka cintai. Tak ada pribadi yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad.

Teladani Keluarga Nabi: Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu beliau yang shalih. Tidak diragukan merekalah orang-orang terdekat dengan Nabi, Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai Nabi dan berusaha melanjutkan perjuangan Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam. Kisah tentang mereka pun akan menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi.

Membaca Qur’an: Al quran merupakan pedoman hidup bagi setiap insan, membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah kepada Allah s.w.t. Selain daripada itu, Al-Quran juga mempunyai rahasia dan hikmah yang tinggi. rahasianya perlu digali, pintu hikmahnya perlu dipelajari supaya perjalanan hidup kita sentiasa dalam keridhaan Allah SWT. Lebih-lebih lagi kita wajib mempercayai kitab Al-Quran yang mana kitab ini merupakan pelengkap dan penyempurna rukun Iman seorang Muslim.

Didiklah Agar Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.

Nasihat kepada anak untuk berbakti kepada orang tua sering diulang di dalam al-Qur’an al-Karim dan pesan-pesan Rasulullah saw. Sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit. Yang demikian dikarenakan fitrah orangtua mengayomi dan menyayangi anaknya. Dan inilah gambaran inspiratif dari luqman yang menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana tertuang dalam Al qur'an:
{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) }

Artinya:"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun ,. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (Q.S: Luqman:14)
           
Ayat ini memberi Gambaran tentang pengorbanan Sang ibu yang luar biasa, ketika mengandung hingga menyusui sang buah hati dengan kasih sayang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat, dan lebih lembut.    
            
Seorang anak tidak mampu mengganti apa yang telah dikorbankan orangtua, meskipun ia memberikan seluruh usianya untuk keduanya. Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar dalam Musnad-nya meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki thawaf sambil menggendong ibunya. Lalu ia bertanya kepada Nabi saw: “Apakah laki-laki itu telah membayar hak ibunya?” Beliau menjawab, “Tidak, meskipun untuk satu keluhan nafas yang panjang.” Demikianlah, meskipun begitu berat pengorbanan kita namun kita tidak dapat membayar pengorbanan Sang ibu walau untuk satu keluhan nafas yang panjang, baik saat kehamilan atau dalam persalinan.

Tanamkan rasa tanggung Jawab.
            
Pendidikan anak yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, karena seluruh perbuatan manusia akan dipertangung jawabakan di akhirat, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Seperti dalam firman Allah SWT:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

Artinya: (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui" (Q.S: Luqman:16)

Dengan menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, hal ini akan berpengaruh positif dalam kehidupan sang anak, karena dengan demikian sang anak dapat mengontrol dan mengendalikan diri dalam berbuat. Menanamkan rasa tanggung Jawab.

Jauhkan Sifat Angkuh Dan Sombong

Sifat ini telah mencelakakan banyak makhluk ciptaan Allah SWT, mulai dari peristiwa terusirnya Iblis dari surga hingga ditenggelamkannya qarun kedalam bumi, serta banyak lagi kisah-kisah para ummat sebelum kita yang diadzab karena kesombongannya.

Dengan demikian Luqman menasehati anaknya agar menjahui sifat angkuh dan sombong, seperti dalam firman Allah SWT:
{ وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) }
Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S: Luqman:18)

Ibnu Katsir rahimahullah menafsiri kalimat :”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”, maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu.

Penutup

Mendidik anak agar menjadi anak yang shaleh atau muslim yang sejati bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi seperti saat ini kita hidup didalam dunia yang kian hari kian semakin edan. Karena itu diperlukan perhatian yang besar dari orang tua terhadap anak-anaknya, baik dalam idiologi, Akhlak, syariah dan kehidupan sosial.

Semoga kita termasuk orang tua dan calon orang tua yang sukses dalam mendidik putra putri kita nanti, sehingga mereka nanti menjadi putra putri shalih/shalihah yang didambakan setiap orang tua. Amin ya rabbal 'alamin.

By. Immawan Rohmad Qomarudin (Pai Umy )