Jumat, 26 April 2013

TINJAUAN ISLAM TENTANG BUDAYA HEDONISME



Dewasa ini, gemerlap dunia remaja dipenuhi dengan beraneka macam tawaran yang melenakan, tidak terkecuali indonesia yang sebagai negara berkembang. Melihat realita di lapangan, dunia remaja seakan surganya manusia untuk mengekspresikan gaya dan ide. Budaya yang terlihat mencolok adanya perkembangan adalah dunia life style, dimana kaum remaja sekarang ini sudah dominan dikuasai oleh Barat. Negara yang notabennya dahulu penjajah negara indonesia, sekarang kembali dan sebenarnya mereka memang tidak pernah meninggalkan Indonesia sebagai negara jajahannya. Negara Barat memang tidak menjajah indonesia secara fisik tetapi dengan non fisik, artinya mereka mendongkrak paradigma orang indonesia bahwasanya indonesia adalah negara yang tertinggal dan kuno.


Hedonisme adalah satu cara yang dipropaganda oleh Barat sebagai senjata yang empuk yang dikembangkan di indonesia, hedonisme adalah budaya orang-orang Barat yang dikemas sedemikian sederhana dengan tawaran-tawaran mudah dan mewah yang kemudian diberikan kepada masyarakat indonesia. Namun sebenarnya hedonisme yang dicetuskan oleh Articulus (bapak hedonisme) tidak bermakna seperti dewasa ini, hedonidme telah mengalami pergeseran makna atas pemahaman masyarakat menjadi suatu konsep yang hanya berorientasi kepada materi. Inilah makna hedonisme bagi umumnya kebanyakan masyarakat sekarang ini.

Orang yang hanya memandang bahwa kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan baik lahir atau batin menjadi tujuan utama dalam hidup manusia di dunia ini. Sehingga paham hedonisme merupakan suatu cara pandang tertentu dalam memahami hidup manusia di dunia. dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hedonisme diartikan sebagai pandangan yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup (KBBI, edisi ketiga, 2001). Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa hedonisme lebih menitikberatkan kepada jasmani dari pada rohani, berupa kesenangan sesaat yaitu kesenangan duniawi. Cinta pada dunia beserta segala kemewahan yang terlihat dan dirasakan oleh panca indera manusia.

Hal ini sangat bertolak belakang sekali dengan syariat islam, dimana islam adalah agama yang damai, agama dunia akhirat. Islam tidak hanya memandang aspek duniawi saja tetapi juga ukhrowi. Kesenangan dunia hanyalah kesenangan sementara selama di dunia, sedangkan kehidupan kekal adalah kehidupan akhirat. Di dunia tidak hanya kesenangan materi dan lahir yang manusia kejar, tetapi di dunia manusia memiliki tugas sebagai khalifah yakni memimpin diri sendiri dan manusia lain untuk kembali kepada yang menciptakan dengan sebaik-baik keadaan dan amal ibadah yang maksimal.

Islam tidak sependapat dengan paham hedonisme, hedonisme hanyalah pengejar modernitas fisik. Dan dalam islam tidak mengajarkan hal yang seperti itu, sebagaimana kutipan terjemahan dalam Q.S. Hud, ayat 116, yang berbunyi ‘’....dan orang-orang yang zalim hanya memeningkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa’’. yang lebih meresahkan lagi budaya hedonisme seolah telah menjadi ideologi bagi kaum muda yang tidak tabu lagi untuk dilakukan.

Seorang ulama Timur Tengah, Ali syariati pernah berkata tantangan terbesar bagi remaja muslim saat ini adalah budaya hedonisme, yakni kesenangan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Budaya yang bertentangan dengan islam ini digemari dan dijadikan sebagai gaya hidup (life style) bagi kawula muda masa kini, tidak memandang status sosial, ekonomi dan pendidikan, baik kaya atau miskin, ningrat atau jelata, sarjana atau proletar, di desa atau di kota, seolah sepakat menjadikan hedonisme sebagai budaya modern mereka. Ini menjauhkan dan mengeluarkan mereka dari gaya hidup yang beradab, yaitu dari hukum Allah SWT yang menciptakan manusia.

Manusia adalah makhluk yang tidak pernah bersyukur atas apa yang diperoleh, senantiasa mencari yang lebih dari apa yang sudah didapatkannya. Sebagaimana kalau kita tahu tentang makna syukur. dalam buku Living smart, Muhammad Nazhif Mansyur menegaskan tentram, ridha dan tenang hakikatnya bersumber dari pancaran energi syukur. Dengan bersyukur Allah senantiasa melimpahkan nikmat lebih dari apa yang kita dapat sekarang, tetapi manusia jarang menyadari akan hal penting tersebut.

Manusia lebih cenderung mencari yang lebih dengan berbagai cara seperti halnya para hedonis. Dalam islam juga menegaskan bahwa segala hal yang terjadi kepada manusia adalah hal yang baik selama manusia itu mampu menyikapinya dengan baik pula.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad, disebutkan ‘’sungguh menakjubkan perilaku orang mukmin. Semua keadaan adalah baik baginya. Jika memperoleh kesenangan dia bersyukur, dan yang demikian itu adalah baik baginya; dan jika dia ditimpa kesusahan, dia bersabar, dan yang demikian itu adalah baik baginya. Perilaku seperti itu hanya ada pada diri seorang mukmin’’.

Sebagai orang islam, haruslah tau apa yang baik dan apa yang buruk bagi diri kita sendiri, islam telah mengajarkan banyak hal. Hingga remaja pun dimana kebanyakan orang menganggap bahwa dunia remaja adalah dunia pencarian jati diri, namun diri kita sendiri lah yang tau apa yang menjadi kebutuhan kita. Sebagai seorang muslim yang sudah mengetahui tentang budaya hedonisme ini, haruslah tau bagaimana bersikap. Tetap kritis dalam melihat kemunculan tsaqafah atau budaya selain islam. Dunia memang mudah untuk menjalankan segala hal kebaikan apa lagi keburukan.

 by. Immawati Kunti Rifhani (Kpi 2010)

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot