Jumat, 01 Maret 2013

BUDAYA KONSUMERISME DI INDONESIA

Memikirkan masalah konsumerisme di Indonesia yang kita bisa lihat sangat "marak", Memang apa sih Konsumerisme..?

Lihat Tulisan ini


A. Pengertian
Banyak buku atau situs-situs di internet yang memberikan definisi tentang konsumerisme baik dari pengertian yang sederhana hingga pengertian yang rumit sekalipun. Di dalam kamus ilmiah populer misalnya, konsumerisme yaitu menjadikan barang sebagai ukuran kebahagiaan hidup.[i]
Dari definisi sederhana diatas bisa diambil kesimpulan bahwa puncak kebahagiaan seseorang itu diukur dari kepuasan seseorang dalam memenuhi apa yang dia inginkan tanpa melihat kebutuhan dasar dengan menumpuk-numpuk barang konsumsi dalam jumlah besar, yang kemudian istilah ini sering dikaitkan dengan kritik konsumsi oleh Thorstein Veblen.[ii] Dan diperjelas oleh Baudrillard (dalam poster, 1988: 29) yang mengikuti Thorstein Veblen, bahwa kita telah menjadi masyarakat yang disifati oleh “konsumsi dan kekayaan yang berlebihan”. Penjelasan diatas cukup memberikan tambahan pemahaman kita tentang paham konsumerisme.
Hidup manusia adalah proses konsumsi, yakni masyarakat konsumen, artinya dimana segala sesuatu dijual, dipertukarkan untuk hanya sekedar memenuhi hasrat ingin memiliki suatu barang, tidak terkecuali objek, pelayanan, tubuh, seks, kultur, ilmu pengetahuan dan sebagainya, sebagaimana yang djelaskan oleh Baudrillard (1972/ 1981: 147-148) yang dikutip oleh Ritzer (2003: 144).

B. Latar Belakang     
Sejarah awal mula munculnya paham konsumerisme tidak lepas dari perjalanan paham kapitalisme hingga era globalisasi yang merebah dikehidupan kita berabad-abad tahun yang lalu hingga adanya  dampak dari globalisasi itu sendiri yang ada hingga saat ini. Dan penulis akan berusaha memaparkan pemahaman tentang latar belakang sejarah adanya paham komsumerisme yang melanda di negara kita juga yakni indonesia.
Belajar tentang kapitalisme, tujuan ekspansi kapitalisme global oleh negara-negara maju adalah terjadinya globalisasi, yakni para kapitalis (negara-negara maju) menuntut agar segala urusan tata perekonomian seluruh dunia diserahkan kepada mekanisme pasar bebas. Sebagaimana paham kapitalismne[iii] yang sudah kita pelajari, yang mana pelaku kapitalisme adalah negara-negara yang mempunyai modal yakni yang termasuk dalam negara-negara maju. Dari sinilah muncul sistem penjajahan baru untuk menaklukkan negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka seperti indonesia. (Samekto, 2005: 38).
Dalam sebuah situs d internet yang memberikan keterangan bahwa konsumerisme memilikin hubungan yang lemah dengan dunia barat. Namun sebenaranya konsumerisme merupakan fenomena internasional, yang mana orang-orang melakukan pembelian dan mengonsumsi barang lebih dari kebutuhan dasar mereka, dan juga diterangkan bahwa kegiatan konsumsi seperti ini sudah ada pada peradaban pertama, seperti mesir kuno, babilonia, dan romawi kuno. (Wikipedia, the free encyclopedia)
Setelah perang dunia II, negar utama yangbterlibat yaitu eropa barat, dari dampak perang ini terjadilah kesulitan dalam ekonomi sebagai akibat tingginya biaya perang. Untuk memulihkan kembali kondisi akibat perang maka negar-negaraberopa barat dan amerika serikat melakukan konsolidasi.[iv] Hasil konsolidasi itu adalah adanya perunbahan hubungan antar negara dalam bidang sosial, ekonomi dan politik. Dominasi kapitalisme tidak lagi diwujudkan dalam penjajahan fisik, tetapi diwujudkan dalam penjajahan non fisik. Sebagai contoh dibidang ekonomi dibentuknya lembaga-lembaga ekonomi yang pada hakikatnmya akan mengenmdalikan negara-negara yang baru merdeka, seperti lembaga ekonomi berikut: world bank yang dibentuk pada tahun 1946, international monetary find (IMF) dibentuk pada tahun 1947, general agreement tariff and trade (GATT) dibentuk pada tahun 1947. (Hasyim Wahid, yang dikutip oleh Samekto, 2005:53-54).
Mengenai pengertian modernisasi, atau yang disebut dengan teori pembangunan, teori ini adalah salah satu perkembangan dari teori sosial yang dikembangkan di amerika serikat sejak tahu 1948,[v]  kemudian di kembangkan di negara-negara berkembang atau negara ketiga.[vi] Samekto (2005: 56) ‘’Dalam konteks modernisasi, Fred W.Riggs menyatakan bahwa penggunaan cara-cara budaya barat maupuin pemasukan barang-barang materi barat merupakan dari proses modernisasi. Dan Fred W.riggs menyebutkan bahwa proses modernisasi sebagai proses Westernisasi, dengan komponen-komponennya yang terdiri dari  industrialisasi, demokrasi scientism, dan ekonomi pasar.
Keuntungan yang besar bagi negara kapitalis yang mana menyebarkan teori modernisasi yang akhirnya berakibat pada paham konsumerisme bagi negara-negara berkembang sebagai obyek kegiatan modernisasi (perkembangan konsumerisme). Ini menyebabkan terbukanya peluang bagi negara-negara kapitalis untuk mengembangkan usaha di negara-negara dunia ketiga melalui perusahaan multinasional. Perusahaan-perusahaan ini kemudian eksploitasi sumber daya alam di negara-negara tersebut (Samekto, 2005: 69).
Pada abad ke-19 revolusi industri fokus pada sektor barang modal dan infrastruktur industri (misalnya pertambangan, baja, minyak, jaringan transportasi, jaringan komunikasi, kota industri, pusat-pusat keuangan dll).Ryan di Ritzer 2007, hal 701. Wikipedia).
Revolusi industri menciptakan situasi ekonomi yang tidak biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah produk yang tersedia dalam jumlah yang luar biasa, dengan harga luar biasa rendah, yang dengan demikian tersedia untuk hampir semua orang yang membutuhkan. ‘’Maka dimulailah era konsumsi massa, era hanya konsep konsumerisme berlaku’’(Wikipedi, the free encyclopedia).
Menurut Featherstone (1991) yang dikutip oleh Ritzer (2003: 372), menyatakan bahwa masyarakat konsumerisme adalah sebuah masyarakat postmodern.[vii] Yang mana masyarakat modernisasi oleh para kapitalis sebagai pengembangan teori sosial yang telah dijelaskan di atas. Seperti yang telah kita ketahui masyarakat kapitalis telah mengalami pergeseran perhatian dari produksi ke konsumen.
Para kapitalis sangat bergangtung pada konsumen untuk menjaga operasi ekonomi pada tingkat pertumbuhan yang tinngi, kapitalis adalah kekuatan utama bagi penemuan alat konsumsi baru yang ada, seperti kartu kredit, shopping mall, jaringan tv shopping, katalog-katalog dll. Dikatakan bahwa jika masyarakat postmodern adalah masyarakat konsumsi maka alat konsumsi baru tersebut adalah elemen kunci dunia postmodern (Ritzer, 2003: 374). Para kapitalis memiliki banyak ide untuk memanipulasi segala sesuatu untuk mencapai tujuan mereka yaitu keuntungan sendiri. Pelaku konsumen lah yang menjadi obyek praktek mereka. Mereka menjajah negara-negara dunia ketiga dengan kerjasama yang sebenarnya memberikan keuntungan yang besar bagi kapitalis dan sebaliknya akan menjadi kerugian bagi negar-negara berkembang seperti indonesia.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bebrapa alata konsumsi yang sudah diciptakan oleh para kapitalis mempunyai funsi yang ramah baik terhadap pelaku konsumennya ataupun terhadap lingkungan sendiri,  karena memang alat-alat konsumsi tersebut mudah digunakan dan cepat tanpa merepotka penggunanya, namun tanpa disadari oleh para pelaku konsumen diantaranya kita sendiri alat-alat konsumsi tersebut akan berakibat negatif. Kita merasa dengan kartu kredit mampu membeli apa yang kita inginkan tanpa memperhatikan kebutuhan dasar kita. Dengan uang yang banyak kita bisa shopping atau belanja segalanya tanpa melihat kembali kebutuhan kita sebenarnya. Hanya kata boros yang akan menjadi bagian perjalana hidup kita jika para konsumerisme tidak menyadari adanya penjajahan kapitalisme yang dilakukan dinegara kita dan kita lah korban penjajahan itu.
Bagi orang awam, dunia konsumsi adalah dunia kebebasan. Namun tidak sebabas apa yang kita fikirkan, karena kebebasan itu dibatasi oleh kesamaan yang terjadi di lingkungan kita. Akan banyak persamaan yang kita temukan dalam suatu kelompok drai kegiatan konsumsi ini. (Ritzer, 2003:138).

C. Pemikiran atau Tokoh
ü  Jane Baudrillard (dalam poster, 1988: 46) kegiatan konsumsi adalah kegiatan komunikasi. Yang mana ketika kita mengonsumsi sesuatau berarti kita mengkomunikasikan pada orang lewat perbedaan tanda/ objek. Orang tau kenapa kita lebih memilih beli BMW dari pada Hyundai (Ritzer, 2003: 140).
Kita tidak membeli apa yang kita butuhkan tetapi membeli apa yang kode sampaikan kepada kita tentang apa yang seharusnya dibeli.

ü  George Rotzer (Teori Sosial Postmodern, 2003: 138) Dunia konsumsi adalah sebuah kebebasan bagi orang awam, yang mana dengan uang ataupun bahkan kartu kredityang lebih familiar sekarang ini kita bebas membeli atau memiliki segala sesuatu yang kita suka dan kita inginkan tanpa melihat kenbutuhan dasar.

ü Pada tahun 1955, ekonom Victor Lebow menyatakan: Tuntutan ekonomi sangat produktif kami bahwa kami membuat konsumsi cara kita hidup, bahwa kita mengubah pembelian dan penggunaan barang ke dalam ritual, bahwa kita mencari kepuasan spiritual kita dan kepuasan konsumsi ego kita. Kita perlu hal-hal yang dikonsumsi, dibakar, dikenakan keluar, diganti dan dibuang pada tingkat yang semakin meningkat.[viii]

D.  Konsumerisme di Indonesia
Pembangunan di Indonesia khususnya sejak era Orde Baru yang memanfaatkan teknologi Barat dan modal asing telah melahirkan nilai-nilai baru dalam masyarakat yang menggeser kebudayaan tradisional. Seiring dengan adanya pergeseran nilai, konsumerisme juga menjalar kemana-mana, baik di kota-kota besar maupun pedesaan di Indonesia. Kesimpulan tulisan ini membuktikan bahwa dengan modernisasi yang menggunakan teknologi Barat serta masuknya modal asing, kita tidak dapat mencegah masuknya kebudayaan asing yang perlahan-lahan menyisihkan kebudayaan tradisional serta dilengkapi dengan timbulnya konsumerisme.[ix]
Indonesia, sebagai negara dunia ketiga atau negara berkembang (negara miskin) menjadi mangsa yang empuk bagi para kapitalis dalam mengembangkan teori modernismenya yang berujung pada perilaku konsumen (paham konsumerisme). Indonesia memang tidak mampu bersaing sendiri dari segi ekonomi dengan negara-negara maju, maka disnilah keuntungan negara-negara kapitalis atau negara-negara maju untung mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Banyak gedung sebagai pusat belanja, mall-mall, kartu kredit yang memberikan banyak pilihan dan kemudahan, membuat masyarakat indonesia sebagai masyarakat konsumeris lupa akan jati diri sesunggunhya, mereka lupa bahwa semua itu hanyalah rekayasa yang dibuat oleh oleh para kapitalis untuk mencapai cita-cita mereka yakni menaklukkan dunia dengan sistem modernisasi seperti sekarang ini melalui proses globalisasi.
Arus konsumerisme yang melanda negara-negara berkembang seperti Indonesia mengkondisikan masyarakatnya untuk hidup boros. Oleh karena itu, saatnya mengobarkan perang melawan konsumerisme. Perang di sini diartikan dengan sikap kritis praktik konsumtif selama ini, komitmen untuk tidak hidup boros, melakukan skala prioritas kebutuhan, tidak hanyut oleh iming-iming iklan, dan meningkatkan produktivitas sendiri. Jangan biarkan, bangsa ini seperti yang digambarkan sastrawan Pramoedya Ananta Toer, sebagai negara kaya tapi suka mengemis. Sudah mengemis, hidup boros lagi. Suatu yang ironis.[x]

D. Kritik
konsumerisme sering menunjukkan bahwa masyarakat konsumeris lebih rentan terhadap kerusakan lingkungan, berkontribusi terhadap pemanasan global dan menggunakan sumber daya pada tingkat yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat lain . Dr Jorge Majfud mengatakan bahwa "Mencoba untuk mengurangi pencemaran lingkungan tanpa mengurangi konsumerisme adalah seperti memerangi perdagangan obat tanpa mengurangi kecanduan narkoba. "[xi]

Tidak semua anti-konsumeris menentang konsumsi dalam dirinya sendiri, tetapi mereka menentang meningkatkan konsumsi sumber daya melampaui apa yang lingkungan berkelanjutan. Jonathan Porritt menulis bahwa konsumen sering tidak menyadari dampak negatif lingkungan dalam memproduksi barang dan jasa modern, dan bahwa industri periklanan yang luas hanya berfungsi untuk memperkuat konsumsi yang meningkat.[xii]

E. Daftar Pustaka

Ø  Samekto, Kapitalisme Modernisasi dan Kerusakan Lingkungan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta :2005
Ø   Ritzer, Teori Sosial Postmodern, Kreasi Wacana, Yogyakarta: 2003
Ø  Wikipedia, the free encyclopedia





Catatan kaki

[i]. Dilihat dalam kamus ilmiah populer, yang ditulis oleh Al Barry yang diterbitkan Arkola surabaya
[ii] . Veblen, Thorstein (1899): Teori Kelas Kenyamanan: sebuah studi ekonomi lembaga, Dover Publications, Mineola, NY, 1994, ISBN 0-486-28062-4. (Juga tersedia: Proyek Gutenberg e-text). Dalam Wikipedia, the free encyclopedia.

[iii]. Kapitalisme adalah paham yang bertujuan untuk melakukan pemupukan modal (capital acumulation) melalui proses penanaman modal (capital invesment)
[iv] . konsolidasi: peneguhan atau pengukuhan hubungan persahabatan (persatuan)
[v] . Mansour fakih, dikutip dari Rimbo Gunawan dkk, industrialisasi kehutanan Dan Dampaknya terhadap masyarakat Adat: kasus Kalimantan Timur, Akatiga, Bandung, hal 9-10
[vi] . karena dalam perspektif negara barat, negara-negara tersebut dipandang sebagai negara yang masih dalam proses modernisasi, khususnya dalam proses pertumbuhan ekonomi.
[vii] . postmodern adalah puncak dari modernitas (Ritzer, 2003: vi)                                          
[viii] Lebow, Victor. http://hundredgoals.files.wordpress.com/2009/05/journal-of-retailing.pdf
[x] http://b13sarsgp.wordpress.com/latar-belakang-konsumerisme/
[xi]  PBB Chronicle Pandemi dari Konsumerisme dalam freee encyclopedia
[xii] Konsumerisme - Ide Besar". http://www.mymultiplesclerosis.co.uk/big-ideas/consumerism.html. Diakses 2010-04-20.

IMMAWATI KUNTI RIFHANY (KPI 2010)

2 komentar:

  1. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia

    BalasHapus
  2. Kesenangan sementara yg sama skali tdk bermanfaat. Nice tulisannya. (y)

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot