Senin, 11 Februari 2013

MUHAMMADIYAH MENGHADAPI TANTANGAN ZAMAN

Saat ini kita perlu sebuah narasi besar untuk perubahan. Narasi atau konsepsi wawasan yang besar dan Muhammadiyah hadir dengan narasi yang besar. Islam yang berkemajuan itu sendiri merupakan sebuah konsep yang sangat besar. Dan itulah yang akan melakukan perubahan dalam umat Islam Indonesia. 
(Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah)


Abad XX merupakan  abad kebangkitan Islam, khususnya dari dunia Timur. Sebagaimana pernyataan Fazlur Rahman bahwa kebangkitan Islam akan muncul dari negara-negara Timur, dan lebih-lebih pada negara yang mengembangkan sistem demokratisasi. Kata Rahman lagi, indonesia adalah “bangsa yang berwatak Demokratis, karena itu hanya penafsiran islam yang betul-betul demokratislah yang akan berhasil disana’’. Dan sampai saat ini belum ada satu negara pun yang menyamai kemajemukan indonesia, termasuk organisasi keagamaannya.

Mulai abad XX, kebangkitan islam di Indonesia sangat signifikan dengan ditandai munculnya organisasi Islam (ormas islam). Gerakan keagamaan tersebut diantaranya: Sarikat Islam, Al- Irsyad, Persatuan Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi keagamaan ini lahir dari akumulasi produk pemikiran yang berbeda-beda dan semuanya adalah gerakan yang memiliki trade mark dan orientasi yang berbeda satu sama lain.

Lahirnya gerakan/ persyarikatan keagamaan ala Muhammadiyah diatas panggung sejarah perkembangan keagamaan islam merupakan peristiwa sosial-budaya biasa. Merupakan eksperimen sejarah yang cukup spektakuler, khususnya untuk kurun waktu saat itu. Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah saat itu adalah sinkritisasi dan tekanan ideologi luar yang sengaja dipaksakan masuk ke dalam negeri Indonesia, peristiwa ini merupakan satu tanda adanya globalisasi dunia yang sudah masuk di indonesia dalam ranah keyakinan (agama).

Kelahiran Muhammadiyah merupakan sebuah respon terhadap tantangan ideologis yang telah berlangsung lama dalam masyarakat jawa. Dalam masyarakat jawa, secara historis kehidupan mereka dipengaruhi oleh budaya keagamaan sebelumnya. Agama Hindu dan Budha merupakan warisan yang sangat berpengaruh dimasyarakat jawa. Perilaku keagamaan jawa masih sangat kental dengan budaya sinkritisme, yakni pencampuradukan dari berbagai unsur agama (takhayyul dan khurofat).

Persyarikatan Muhammadiyah yang didirikan oleh Muhammad Darwis (KH. Ahmad Dahlan) memiliki visi misi yang kuat. sebagaimana cita-cita KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri persyarikatan ini mencita-citakan mampu memurnikan kembali ajaran islam sesuai al-Qur’an dan Sunnah. Pada masa itu banyak sekali praktik syirik dan klenik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat yang bercampur dengan budaya-budaya jawa kuno. Dan tidak bisa dipungkiri sekeliling tempat tinggal KH. Ahmad Dahlan adalah pusat praktek yang berbau syirik, bid’ah dan khurofat. Hal-hal seperti itu di masyarakat mampu diatasi oleh KH. Ahmad dahlan dengan kecerdasan dan kerendahan hati beliau, semua yang sukar mudah untuk diselesaikan. Disamping itu juga karena KH. Ahmad Dahlan adalah sosok yang bersahaja dan tegas dalam tauhid.
Berkembangnya persyarikatan Muhammadiyah maka semakin kompleks pula persoalan yang ditemui dalam masyarakat. Arus budaya yang dihadapi Muhammadiyah dulu dengan sekarang jauh lebih berbeda. Sehingga tantangan yang harus dihadapi sekarang adalah memperkuat basis keagamaan yang didukung oleh nilai-nilai sosial-religius. Salah satu tantangan global saat ini adalah tingginya tingkat kompetitif (persaingan) disemua lini kehidupan, untuk itu muhammadiyah perlu memperkokoh basis iptek dan imtaknya.

Sejak awal berdirinya persyarikatan Muhammadiyah menyatakan dirinya sebagai gerakan pembaharu dalam model pemikiran Islam. Berbeda dengan organisasi keagamaan yang lain, Muhammadiyah nampaknya sangat kritis terhadap persoalan-persoalan keagamaan dan sekaligus persoalan sosial. Sehingga terkesan Muhammadiyah sebagai gerakan yang senantiasa hidup dalam ruang dan waktu yang selalu berubah. Sikap kritis yang dimiliki Muhammadiyah ini sebenarnya sama halnya aliran modern (modernisme) dalam wacana pemikiran islam.

Gerakan Muhammadiyah yang didirikan oleh kyai Ahmad Dahlan pada tahun 1912 sejatinya adalah gerakan yang menganut islam yang berkemajuan, kemudian disebut sebagai gerakan reformisme islam atau modernisme islam, dibuktikan dengan gerakan Muhammadiyah yang lebih mempribumi dan bisa diterima oleh semua kalangan, tidak memandang usia, ras dan budaya. Oleh Prof. Dr. Amin Abdullah (2011) dalam konteks perkembangan pemikiran islam kontemporer bagi Muhammadiyah jauh lebih tepat mirip dengan islam progresif. Seperti pernyataan Prof. Dr. H. Din Syamsuddin ketua Umum PP Muhammadiyah bahwa umat islam saat ini perlu sebuah narasi besar untuk perubahan dan kemajuan menyongsong masa depan dan Muhammadiyah lebih tepatnya sebagai gerakan yang progresif itu.

Dalam perkembangannya, peran Muhammadiyah kepada umat Islam dalam menghadapi dinamika islam kontemporer sangat dibutuhkan. Muhammadiyah didirikan  kyai Ahmad Dahlan dengan dasar dan visi misi yang kuat untuk menghadapi pergolakan yang akan dihadapi umat islam dalam globalisasi dunia. Perkembangan islam kontemporer yang luar biasa terjadi menunjukkan dinamika islam dengan berbagai masalah umat yang kompleks. 

Muhammadiyah merupakan satu konsep ormas yang berideologi berkemajuan, sesuai dengan ajaran islam umatnya harus progresif. Memiliki pandangan dan cita-cita untuk maju tidak hanya materi tapi juga cara berfikirnya, mengikuti perubahan dunia.


Refrensi
API SEJARAH
 Abdullah, Amin, Pembaharuann Pemikiran islam Model Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, No 08/ TH ke 83. April1998. (blogspot. Gerakan pemikiran muhammadiyah)
Buku Reaktualisasin dan kontekstualisasi Islam Berkemajuan di tengah Peradaban Global. (al_wasath@yahoo.com). Kerjasama antar UHAMKA dan UMJ


By. Immawati Kunti Rifhani (Kpi Umy 2010)


0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot