Sabtu, 02 Februari 2013

Anak adalah Amanah

Anak adalah amanah yang diberikan Allah kepada orang tuanya, dan setiap amanah itu akan dimintai pertanggung jawabanya dikemudian hari nanti. Oleh karena itu orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter anak. Karena di era kebebasan ini anak lebih sulit dikendalikan meski orang tuanya sudah aktif dalam menjaganya. Tantangan orang tua dalam mendidik anak-anaknya ini akan terganjal dari berbagai aspek yang harus diperhatikan salah satunya media yang semakin fulgar mempertontonkan sesuatu yang tak selayaknya di konsumsi oleh umum tanpa batas. Pembentukan karakter anak-anak saat ini lebih condong di bentuk oleh siaran TV yang ada setiap hari. Jadi tidaklah aneh jika banyak terjadi tawuran antar pelajar, pelajar-pelajar pesta miras dan sex, rasa malu yang sudah tidak ada dan masih banyak lagi.

Ini dikarenakan acara-acara yang disajikan oleh stasiun tv kita jarang yang bernuansa mendidik manusia menjadi lebih baik. Tapi justru malah mengajarkan mereka pada hal-hal yang kurang baik, sebagai contoh senetron yang hanya menyajikan orang pacaran, ciuaman di depan umum, minum-minuman keras, pakaian super seksi, hubungan badan, sex bebas, kekerasan, mistik, klenik, tahayul dan yang paling miris artis-artisnya menampilkan dengan pede tanpa punya rasa malu sedikitpun. Jadi tidak aneh jika anak-anak, remaja-remaja kita bahkan orang tua memilih meniru mereka yang jelas-jelas itu akan membawa dampak yang negatif bagi Bangsa ini. Belum lagi alat kemunikasi yang sudah semakin canggih ini memberikan anak-anak mudah sekali berkomunikasi antara satu dengan lainya, yang akhirnya membuat mereka menjadi hedonis, prgmatis dan apatis. Internet yang kian hari kian masuk ke pelosok-pelosok Desa terpencil yang bisa mengakses apapun yang di ingginkan tanpa ada filter untuk konten-konten yang negatif.

Dari dampak itu tidak aneh jika anak-anak saat ini memiliki pribadi yang negatif atau karakter yang jelek. Karena terbentuknya karakter anak-anak ini mau jadi seperti apa saat ini ditentukan oleh kemaun pasar industri yang hanya memikirkan keuntungan semata, bahkan negara tidak mampu membendungnya. Tawuran antar pelajar, hubungan sex bebas, pacaran yang sudah kelewat baju (kelewat batas), suka minum-minuman keras dan obat-obat terlarang, gaya hidup yang glamor, hilangnya etika, moral dan sopan-santun. Inilah cermin anak-anak muda, anak-anak sekolah saat ini yang jelas membahayakan perkembanganya. Maka dari itu orang tua disini dituntut untuk lebih hati-hati dan jeli dalam mendidik  dan menjaganya, terlena sedikit maka hancur sudah masa depan buah hatinya.

Dalam ajaran agama sungguh sangat jelas perintah dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak hingga si buah hati yang dilahirkan memiliki etika terpuji. Bahkan, perencanaan dalam pengasuhan seorang anak telah ditentunkan sejak masa dalam kandungan. Umum diketahui, bahwa bayi dalam kandungan ibunya telah dimungkinkan untuk dibina, yaitu dengan memperdengarkan aya-ayat suci serta tingkah laku ibu yg terpuji. Maka untuk membetengi perkembangan zaman saat ini, maka orang tua harus bersungguh-sungguh dalam mendidiknya dan membekali anak dengan keyakinan agama yang kuat.

Bekali anak dengan Tauhid yang kuat

Tauhid merupakan seseuatu yang sangat urgen dalam pendidikan anak. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang ahli hikmah yang bernama luqman. Allah SWT mengabdikan nasehat Luqman kepada anaknya dalam Al Qur’an sebagaimana berikut :
 
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Luqman: 13).
            
Yang paling pertama yang kita lakukan adalah memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, karena dengan tauhid atau iman yang mantap akan menggiring sang anak pada kesempurnaan  lahir dan batin. Apabila iman seseorang telah sempurna maka akan memiliki akhlak yang mulia, sebagaimana sabda Rasulullah:

" أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنهمْ خُلُقًا " (رَوَاهُ التِّرْمِذِيّ)
Artinya: "Mukmin yang sempurna imannya, bagus akhlaknya" (HR. Tirmidzi).
            
Pada awal pembinaan para sahabatnya, Rasulullah Saw lebih memprioritaskan pembinaan iman, begitupun yang dilakukan Luqman terhadap anaknya, maka seyogyanya setiap orangtua pada zaman sekarang juga harus memanamkan keimanan yang kuat kepada putra putrinya, karena iman itulah yang akan menjadi tamengnya dimanapun dia berada dan dalam kondisi apapun.

Membiasakan Shalat dan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

Setelah kita memperkenalkan sang anak dengan Rabbnya, kita ajari bagaimana dia berkomunikasi dengan Rabbnya, yaitu mendirikan  shalat lima waktu. Kemudian kita juga tidak luput mendidiknya dalam amar ma'ruf dan nahi munkar, Allah SWT berfirman:

 يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ 

Artinya: "Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)" (Q.S: Luqman:17)

Mengenai shalat Nabi Muhammad Saw juga menekankan di dalam sebuah hadits:

"مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءَ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِينَ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ "

"perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (jika tidak mengerjakannya) ketika berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidut mereka" (HR. Abu Daud).

Pada hadits ini Rasulullah Saw memakai ungkapan idhribuu yang arti dasarnya adalah pukullah secara fisik jika anak melalaikan shalat. Namun makna lain yang lebih kontekstual adalah ‘didiklah’. Dengan demikian bentuk mendidik sangat luas, misalnya memberi teladan, membiasakannya, serta memberi motivasi untuk sahalat.

Dalam ayat diatas Luqman juga menasehati anaknya untuk amar ma'ruf dan nahi mungkar. Kebaikan merupakan sesuatu yang diketahui oleh setiap orang, maka kebaikan itu disebut dengan ma'ruf yang artinya dikenal, begitupun kebathilan, manusia pada dasarnya akan selalu mengingkari segala bentuk kebathilan, maka dari itu bathil disebut dengan munkar. namun kadangkala manusia didominasi oleh hawa nafsunya sehingga melaksanakan kebathilan dan meninggalkan kebaikan. adapun dampak positif dalam diri anak, minimal ketika dia memerintahkan kebaikan pada orang lain, maka sang anak memiliki beban mental akan keharusan melakukan kebaikan itu. Begitu pula dengan nahi munkar, paling tidak dia membenci pada kemunkaran sehingga dia tidak akan melakukannya. 

Menanamkan Kesabaran

Sudah sepantasnya kita sebagai orang tua mengajarkan kesabaran kepada anak, karena hidup ini penuh dengan lika liku. Oleh karena itu sangat tepat apa yang dinasihatkan Luqman kepada anaknya agar bersabar terhadap hal-hal yang menimpa dirinya sebagai konsekuensi dari keimanan dan pembuktiannya, khususnya dalam hal amar ma'ruf dan nahi munkar. Nasihat ini memang sangat penting agar seorang anak tidak mudah putus asa dalam menjalani hidup yang penuh dengan cobaan lalu menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan.

            Manakala seseorang memiliki kesabaran dalam hidupnya, maka Allah akan selalu bersamanya, Allah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (153) }       
 Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar" (QS Al Baqarah:153).

            Disamping itu, sabar juga menjadi salah satu kunci utama dalam mencapai keberhasilan, Allah berfirman:
{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(200) }

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung" (QS Ali Imran:200).
            
Kita ketahui banya anak-anak yang saat ini tidak bisa untuk bersabar karena pola hidup saat ini telah menjadikan anak-anak tumbuh dengan cepat baik secara pemikiran dan kedewasaan. Maka menanamkan kesabaran ini sangatlah penting bagi perkembangan mereka agar mereka bisa mengendalikan diri sehingga tidak terjerumus pada kesenangan sesaat.

Memupuk kesederhanaan

Sederhana yang dimaksud disini adalah tidak berlebih-lebihan dalam sesuatu, ketika berjalan, berjalanlah dengan sopan, begitupun dalam berbicara. Kesederhanaan menggambarkan sebuah ketenangan dan kesopanan tingkah laku yang merupakan buah dari budi pekerti mulia.
Di antara wasiat Luqman yang dikisahkan oleh Allah ‘azza wa jalla dalam surat Luqman, tatkala dia berkata kepada anaknya:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ

Artinya: Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai (Q.S: Luqman:19)

Makna "dan lunakkanlah suaramu" adalah jangan berlebihan dalam berbicara dan jangan mengangkat suaramu dengan perkataan yang tidak ada faidahnya, karena seburuk-buruk suara ialah suara keledai. Al-Imam Mujahid dan yang lainnya mengatakan : ‘Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai, yakni yang paling buruk dari mengangkat suara adalah yang kerasnya menyerupai suara keledai. (Tafsir Ibnu Katsir 6/337)

Mengapa hidup sederhana demikian penting? Tidak lain karena sikap sederhana menghindarkan manusia dari sifat dengki yang membawa permusuhan. Bukankah banyak permasalahan hidup yang timbul gara-gara dipicu sikap atau tutur-kata yang berlebih-lebihan dan menyakitkan?

Tanamkan Akhlakul Karimah

Pendidikan akhlak dimulai sejak ibu mengandung, yaitu berakhlak yang baik kepada setiap orang. Perilaku ibu yang tengah mengandung ini dapat memberikan pembelajaran awal kepada jabang bayi untuk berakhlak mulia.
Sejak kecil anak harus diajarkan, dibiasakan, dan dikondisikan melakukan perbuatan yang baik. Jika seorang anak terbiasa melakukan perilaku yang buruk hingga ia besar, maka akan sukar meluruskannya. Artinya, penanaman akhlak kepada anak dimulai sedini mungkin dan seyogianya dilakukan oleh setiap orang tua. Jangan biarkan anak tanpa pendidikan akhlak dan moral. Mari kita simak hadits Rasulullah berikut:
أكرموا أولادكم وأحسنوا آدبهم (رواه ابن ماجة)

"Muliakanlah anak-anakmu dan perbaikilah akhlak mereka"(HR Ibnu Majah)
            
Kebebasan Negara ini telah menyeret anak-anak dan remaja pada degradasi moral yang semakin parah. Bisa kita lihat bagaiman cermin mereka sekarang, pergaulan mereka, gaya hidup mereka, dan prilaku mereka, banyak yang sudah melenceng jauh dari akhlak yang baik. Secerdas apapun sesorang anak, kalu akhlaknya tidak mencerminkan kecerdasanya maka bisa jadi itu akan sia-sia dalam kehiduapanya nanti.

Mencintai Nabi, Keluarganya Serta Mengajari Membaca Al Quran

Ada tiga perkara yang ditekankan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik putra-putri kita, sebagaimana sabda Beliau:
(أدبوا أولادكم على ثلاث خصال: حب نبيكم، وحب أهل بيته، وقراءة القرآن)
 "Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara; Mencintai Nabi kalian(Muhammad SAW), mencintai Ahlulbaitnya dan membaca Al-Qur'an".

Teladani Nabi Muhammad SAW: Memberikan teladan adalah metode paling jitu dalam pendidikan anak. Karenanya memperkenalkan pribadi Nabi Muhammad saw sejak dini akan menjadi pondasi kuat dalam pembangunan akhlaq pada putra putri. Jadikanlah sosok Nabi itu hidup dalam benak mereka dan sangat mereka cintai. Tak ada pribadi yang lebih indah budi pekertinya daripada Nabi Muhammad.

Teladani Keluarga Nabi: Keluarga Nabi adalah istri dan anak-anak beliau dan juga menantu beliau yang shalih. Tidak diragukan merekalah orang-orang terdekat dengan Nabi, Mereka pulalah orang-orang yang paling mencintai Nabi dan berusaha melanjutkan perjuangan Nabi dalam menyebarkan ajaran Islam. Kisah tentang mereka pun akan menjadi inspirasi sangat berharga bagi anak-anak kita dalam meneladani Nabi.

Membaca Qur’an: Al quran merupakan pedoman hidup bagi setiap insan, membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah kepada Allah s.w.t. Selain daripada itu, Al-Quran juga mempunyai rahasia dan hikmah yang tinggi. rahasianya perlu digali, pintu hikmahnya perlu dipelajari supaya perjalanan hidup kita sentiasa dalam keridhaan Allah SWT. Lebih-lebih lagi kita wajib mempercayai kitab Al-Quran yang mana kitab ini merupakan pelengkap dan penyempurna rukun Iman seorang Muslim.

Didiklah Agar Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.

Nasihat kepada anak untuk berbakti kepada orang tua sering diulang di dalam al-Qur’an al-Karim dan pesan-pesan Rasulullah saw. Sedangkan nasihat kepada orangtua untuk berbuat baik kepada anak itu sangat sedikit. Yang demikian dikarenakan fitrah orangtua mengayomi dan menyayangi anaknya. Dan inilah gambaran inspiratif dari luqman yang menasehati anaknya agar berbakti kepada orang tuanya. Sebagaimana tertuang dalam Al qur'an:
{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) }

Artinya:"Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun ,. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.  (Q.S: Luqman:14)
           
Ayat ini memberi Gambaran tentang pengorbanan Sang ibu yang luar biasa, ketika mengandung hingga menyusui sang buah hati dengan kasih sayang lebih besar, lebih dalam, lebih hangat, dan lebih lembut.    
            
Seorang anak tidak mampu mengganti apa yang telah dikorbankan orangtua, meskipun ia memberikan seluruh usianya untuk keduanya. Al-Hafizh Abu Bakar al-Bazzar dalam Musnad-nya meriwayatkan, bahwa ada seorang laki-laki thawaf sambil menggendong ibunya. Lalu ia bertanya kepada Nabi saw: “Apakah laki-laki itu telah membayar hak ibunya?” Beliau menjawab, “Tidak, meskipun untuk satu keluhan nafas yang panjang.” Demikianlah, meskipun begitu berat pengorbanan kita namun kita tidak dapat membayar pengorbanan Sang ibu walau untuk satu keluhan nafas yang panjang, baik saat kehamilan atau dalam persalinan.

Tanamkan rasa tanggung Jawab.
            
Pendidikan anak yang ditanamkan Luqman kepada anaknya adalah rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, karena seluruh perbuatan manusia akan dipertangung jawabakan di akhirat, amal baik akan di balas dengan kebaikan dan amal buruk akan dibalas dengan keburukan. Seperti dalam firman Allah SWT:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ

Artinya: (Lukman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui" (Q.S: Luqman:16)

Dengan menanamkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya, hal ini akan berpengaruh positif dalam kehidupan sang anak, karena dengan demikian sang anak dapat mengontrol dan mengendalikan diri dalam berbuat. Menanamkan rasa tanggung Jawab.

Jauhkan Sifat Angkuh Dan Sombong

Sifat ini telah mencelakakan banyak makhluk ciptaan Allah SWT, mulai dari peristiwa terusirnya Iblis dari surga hingga ditenggelamkannya qarun kedalam bumi, serta banyak lagi kisah-kisah para ummat sebelum kita yang diadzab karena kesombongannya.

Dengan demikian Luqman menasehati anaknya agar menjahui sifat angkuh dan sombong, seperti dalam firman Allah SWT:
{ وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (18) }
Artinya: Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.S: Luqman:18)

Ibnu Katsir rahimahullah menafsiri kalimat :”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”, maksudnya janganlah kamu menjadi orang yang sombong, keras kepala, berbuat semena-mena, janganlah kamu lakukan semua itu yang menyebabkan Allah murka kepadamu.

Penutup

Mendidik anak agar menjadi anak yang shaleh atau muslim yang sejati bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi seperti saat ini kita hidup didalam dunia yang kian hari kian semakin edan. Karena itu diperlukan perhatian yang besar dari orang tua terhadap anak-anaknya, baik dalam idiologi, Akhlak, syariah dan kehidupan sosial.

Semoga kita termasuk orang tua dan calon orang tua yang sukses dalam mendidik putra putri kita nanti, sehingga mereka nanti menjadi putra putri shalih/shalihah yang didambakan setiap orang tua. Amin ya rabbal 'alamin.

By. Immawan Rohmad Qomarudin (Pai Umy )

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung, silakan tinggalkan komentar anda. Bebas, tapi dilarang yang mengandung SARA.
Fastabiqul Khoirot